
Pada Sabtu, 18 Januari 2025, Gedung Serbaguna DPRD Kota Bogor menjadi saksi penting bagi perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam acara Kopdar IX GEE Indonesia, berbagai produk karya ABK turut meramaikan stan pameran, termasuk kerajinan tangan dan kuliner. Produk-produk ini merupakan hasil dari pelaku UMKM binaan Salam Krya Istimewa (Skies), yang didirikan untuk memberikan peluang dan akses pasar bagi ABK.
Skies, yang berdiri sejak 2022, dimulai sebagai pusat penjualan karya-karya ABK di Sekolah Alam Bogor. Tri Permana Dewi, pendiri Skies, menjelaskan bahwa tujuan utama didirikannya lembaga ini adalah untuk memberikan ruang bagi anak-anak yang telah lulus dari sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan lebih lanjut. Di waktu luang mereka, Skies memberikan arahan agar mereka bisa memanfaatkan bakat dan keterampilan mereka untuk menghasilkan karya yang dapat dipasarkan.
“Anak-anak yang sudah selesai sekolah dan tidak melanjutkan sekolah lagi, di waktu luang diarahkan untuk memproduksi atau menghasilkan karya sesuai dengan bakat mereka,” ungkap Dewi. Dalam hal ini, Skies berperan sebagai wadah untuk menyalurkan potensi mereka sekaligus memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan kemandirian finansial.
Skies bukan hanya sekadar tempat untuk memasarkan produk, tetapi juga inisiator dari Balai Latihan Kerja (BLK) untuk ABK yang lulus sekolah. Dengan adanya BLK, Skies berharap ABK dapat dibekali keterampilan tambahan yang memungkinkan mereka untuk memulai usaha rumahan, dengan harapan mencapai kemandirian finansial.
Menurut Dewi, banyak ABK yang kesulitan diterima bekerja di tempat umum, karena keterampilan sosial yang kurang berkembang. “Mereka mungkin terampil di bidang IT, tapi kesulitan bersosialisasi. Biasanya mereka justru tersisih,” katanya. Oleh karena itu, Skies berusaha menghimpun mereka dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang relevan di dunia usaha.
Skies sudah menghasilkan berbagai produk kreatif yang dapat dipasarkan, baik berupa kuliner maupun kerajinan tangan. Di antaranya ada kukis, rendang suwir, kentang mustofa, gelang, kalung, bros, tasbih, serta karya lukisan yang direproduksi menjadi tas dan kaos. Dewi juga menambahkan bahwa saat ini para ABK sedang mengembangkan keterampilan baru, seperti membuat makrame dan merajut.
Produk-produk ini adalah hasil karya dari sepuluh ABK yang aktif, dengan setiap kelompok pelatihan di BLK diikuti oleh lima peserta. Skies juga menjalin kerja sama dengan lembaga binaan lain, termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB), untuk memperluas jaringan dan memperkenalkan produk-produk mereka lebih jauh lagi.
“Ke depannya, kami terus arahkan mereka ke hal-hal kreatif lainnya,” kata Dewi optimis. Dengan begitu, mereka dapat terus mengembangkan potensi diri dan berkontribusi lebih luas dalam dunia usaha.
Selain memberikan pelatihan, Skies juga menjalin kolaborasi dengan beberapa lembaga lainnya seperti Yasi, Rumah Autis, dan SLB untuk membantu memasarkan produk-produk ABK. Langkah ini diharapkan dapat memperluas jaringan dan membuka lebih banyak kesempatan bagi produk mereka untuk dikenal oleh masyarakat luas.
Nur Devirasita, Ketua GEE Indonesia, menyambut positif partisipasi Skies dalam acara Kopdar IX Komunitas Owner Usaha yang Berusaha Tidak NgeRIBA. GEE Indonesia, yang merupakan komunitas para pemilik UMKM dan IKM, menganggap penting untuk memberikan dukungan kepada UMKM yang melibatkan ABK. “Anak-anak yang tergabung di Skies termasuk UMKM bagian dari kami, sehingga perlu di-support bersama oleh kita semua,” ujarnya.
Devirasita juga menambahkan bahwa ABK sebenarnya memiliki potensi yang besar dan dapat mandiri apabila mereka diberikan perlakuan yang tepat. “Kami berharap ketika ada acara bazar atau kegiatan penjualan, adik-adik ini bisa diikutsertakan sehingga karyanya semakin dikenal luas oleh masyarakat,” harapnya.
Kehadiran Skies dalam acara Kopdar IX GEE Indonesia menunjukkan bahwa UMKM ABK tidak hanya sekadar mengandalkan produk, tetapi juga berfokus pada pemberdayaan dan peningkatan keterampilan bagi ABK. Dengan adanya akses pasar yang lebih luas, produk-produk ABK bisa dikenal lebih banyak orang, membuka lebih banyak peluang bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Upaya ini menjadi contoh bahwa kreativitas dan keberagaman harus terus didorong, serta memberikan ruang bagi semua individu, termasuk ABK, untuk berpartisipasi dalam dunia usaha.
Dengan semakin banyaknya kolaborasi antara lembaga dan komunitas, seperti yang dilakukan oleh Skies dan GEE Indonesia, kita dapat berharap bahwa para pelaku UMKM ABK akan semakin kuat dan mandiri. Karya mereka tidak hanya akan meramaikan pasar lokal, tetapi juga memberi inspirasi bagi masyarakat luas tentang potensi yang ada pada setiap individu, terlepas dari latar belakang atau kondisi mereka.
(dilansir dari bogor24update.id).




