
Batik tidak hanya tertuang pada kain, tetapi juga dapat memperindah kayu dengan sentuhan artistik yang unik. Inilah konsep yang diusung Batikayudewi, sebuah usaha batik kayu yang berawal dari Yogyakarta pada tahun 1999.
Kini usaha yang didirikan oleh Dewi Indah sudah berkembang di Bogor, tepatnya di Jalan Pembangunan No.23A, RT 03 RW 05, Kedunghalang, Kec. Bogor Utara, Kota Bogor.Â
Nama Batikayudewi memiliki filosofi tersendiri. “Ayu” diambil dari nama kecil sang pemilik, penamaan yang menyatu tanpa dibatasi oleh spasi menandakan bahwa usaha ini tidak terbatas. Dalam arti, sang pemilik ingin menghilangkan paradigma bahwa baktiayudewi hanya memproduksi batik kayu saja, tetapi Ibu Dewi juga bisa mengerjakan pada media kain.
Awalnya, Ibu Dewi bersama teman-temannya mulai membuat batik kayu di Yogyakarta. Ibu Dewi memiliki latar belakang di bidang seni rupa sehingga dipercaya untuk membuat desain. Namun pembuatan batik pada kayu ini tidak berjalan mulus sehingga akhirnya Ibu Dewi harus menghentikan seluruh proses setelah tiga tahun beroperasi.
Pada tahun 2022, kala itu Ibu Dewi sedang mencari ide bisnis. Ia melihat sebuah kayu yang tergelatak hingga teringat kembali pada batik kayu. Setelah tergugah mulai mengumpulkan beberapa bahan dan melakukan beberapa percobaan, ia langsung mengikuti workshop pertama di Belva, serta pameran di DPR RI.Â
Dukungan dari pemerintah kota juga semakin memantapkan langkah Dewi untuk mengenalkan batik kayu di Bogor karena masih jarang ditemukan di daerah tersebut.
Saat ini, Batikayudewi lebih fokus pada edukasi dan kolaborasi, memperkenalkan bahwa batik tidak hanya bisa diaplikasikan pada kain, tetapi juga pada kayu.
“Untuk saat ini kita hanya menerima pesanan. Kita lebih banyak edukasi dan kolaborasi untuk memperkenalkan kalo produk batik itu tidak hanya di kain tapi juga di kayu,” ujar Dewi pada (8/2/25).
Produk yang dihasilkan oleh Batikayudewi sangat beragam, mulai dari centong, tatakan gelas, tempat tisu, tempat pensil, hingga cermin. Harga yang ditawarkan juga terjangkau mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 500.000. Untuk centong dibanderol dengan harga Rp 15.000, untuk gelang seharga Rp 35.000, tatakan gelas seharga Rp 35.000, dan nampan seharga Rp 500.000
“Kami ingin anak muda tahu bahwa batik itu tidak hanya di kain, tetapi juga ada di kayu. Karena itu, harganya pun kami buat terjangkau agar lebih banyak orang bisa mencoba,” ujarnya.
Setiap bulan, mereka dapat memproduksi hingga 100 centong untuk workshop dengan pengunjung rata-rata 100 hingga 200 orang, yang berasal dari sekolah atau instansi.
Proses pembuatan batik kayu ini dimulai dari menggambar desain, menorehkan malam panas ke kayu, mencelupkan warna, hingga proses pelorotan dengan air panas dan soda abu untuk menghilangkan malam, karena malam berfungsi untuk membatasi warna. Sehingga warna tersebut akan tetap berwarna seperti kayu.
Bahan baku yang digunakan berasal dari Yogyakarta dan Malang, diantaranya jenis kayu sengon untuk edukasi, mahoni untuk produk premium, ditambah jati dan nangka.
Workshop di Batikayudewi terbuka untuk semua kalangan, mulai dari anak kelas 3 Sekolah Dasar hingga dewasa. Dengan waktu sekitar 30 menit per sesi, pengunjung tidak hanya belajar membatik, tetapi juga mendapatkan wawasan tentang sejarah dan filosofi batik.
“Cara pengajaran kita di workshop lebih kepada pendekatan dengan menerangkan informasi mengenai batik, membimbing saat membatik, dan membuat nyaman pengunjung,” ujarnya
“Harapannya, pengunjung yang datang bisa cerita ke teman-teman mereka bahwa ada batik kayu di sini, sesuatu yang berbeda dan menarik,” tambahnya.
Satu hal yang Ibu Dewi tekankan dalam belajar membatik adalah kesabaran dan ketekunan.
Batikayudewi siap menjadi destinasi edukasi dan seni yang menarik bagi masyarakat Bogor dan sekitarnya. Dengan jadwal operasional dari hari Senin hingga Minggu, pukul 09.00 WIB sampai 15.00 WIB, serta sistem reservasi H-1.
Bagi yang ingin mengenal batik lebih dalam dengan cara yang unik, Batikayudewi adalah tempat yang tepat untuk mengeksplorasi seni membatik kayu.
REPORTER: Venda Oktavioni




