
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peran vital dalam perekonomian Indonesia, berkontribusi sekitar 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97% dari total tenaga kerja. Namun, tantangan seperti persaingan yang ketat, perkembangan teknologi yang pesat, serta rendahnya inovasi dan penerapan teknologi dalam produk menjadi hambatan bagi UMKM untuk berkembang lebih lanjut.
Inisiatif BRIN dan Kadin
Menyadari tantangan tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) berkolaborasi untuk mendorong UMKM naik kelas melalui penerapan hasil riset dan teknologi terapan. Wakil Ketua Umum Kadin, Rifda Ammarina, menyatakan harapannya agar hasil riset BRIN dapat membantu UMKM meningkatkan kualitas dan kapasitas mereka, sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Pendekatan Sistematis
Rifda menekankan bahwa riset yang dibutuhkan oleh UMKM tidak hanya terbatas pada teknologi, tetapi juga mencakup pengembangan sistem yang mempermudah operasional dan mempercepat akselerasi UMKM menuju level yang lebih tinggi. Salah satu contohnya adalah pengembangan basis data yang komprehensif untuk promosi dan pemasaran produk UMKM. Dengan adanya sistem basis data yang baik, diharapkan pelaku usaha dan pembeli dapat dengan mudah dipertemukan, serta kualifikasi, kualitas, dan kurasi produk-produk UMKM dapat ditampilkan dengan jelas.
Skema Maklon BRIN
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menjelaskan bahwa BRIN memiliki beberapa skema untuk mendekatkan riset dengan dunia bisnis, salah satunya adalah penggunaan sistem maklon. Dalam skema ini, mitra industri dapat menjadi operator infrastruktur riset milik BRIN untuk kebutuhan industri, misalnya dengan mengoperasikan alat-alat penelitian. Dasar skema ini berupa lisensi atau royalti. Dengan adanya operator tersebut, kelompok UMKM yang mengelola juga sekaligus menjadi tempat untuk menampung aspirasi industri mengenai riset yang mereka perlukan.
Salah satu implementasi nyata dari skema ini adalah pembinaan UMKM dalam bidang pengalengan makanan. Awalnya, teknologi pengalengan makanan tersebut merupakan hasil riset BRIN. Kemudian, BRIN mendorong adanya operator alat untuk teknologi tersebut melalui kerja sama. Inisiatif ini berhasil mendorong perkembangan industri gudeg kaleng, hingga akhirnya ada UMKM yang perkembangannya sangat baik dan kini telah mampu memiliki alat pengalengan sendiri.
Riset Sistem dan Sosial:
Selain fokus pada teknologi, BRIN juga memiliki pusat-pusat riset yang mengkaji aspek ekonomi dan sosial. Pusat Riset Ekonomi BRIN, misalnya, membantu perbankan mengembangkan berbagai instrumen terkait fiskal yang baru. BRIN juga memiliki kegiatan riset sosial yang bermanfaat untuk mempelajari perilaku dan perubahan masyarakat, yang pada gilirannya dapat membantu UMKM memahami pasar dan konsumen dengan lebih baik.
Kolaborasi antara BRIN dan Kadin menunjukkan komitmen kuat dalam mendorong UMKM Indonesia untuk naik kelas melalui penerapan riset dan teknologi. Dengan pendekatan yang komprehensif, mulai dari pengembangan teknologi hingga sistem dan riset sosial, diharapkan UMKM dapat meningkatkan daya saing dan berkontribusi lebih signifikan terhadap perekonomian nasional.
(dilansir dari medcom.id)




