Singkong Keju GnP, Kuliner Renyah dari Gunung Putri yang Wajib Dicoba! 

Di sudut Desa Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, lahir sebuah inovasi kuliner yang digemari banyak orang. Singkong Keju GnP dengan bentuknya yang berupa frozen ini merupakan hasil kreativitas UMKM lokal yang menawarkan cita rasa gurih dan tekstur renyah yang praktis untuk dinikmati kapan saja. 

Seperti apa perjalanan usaha di baliknya? Simak kisah selengkapnya!

Filosofi Nama Singkong Keju GnP

Berawal dari kebingungan mencari nama merek, akhirnya usaha ini diberi nama “GP” yang mencerminkan asal daerahnya yaitu Gunung Putri. Namun, saat hendak mengurus hak merek, ternyata nama tersebut sudah digunakan. 

Untuk tetap mempertahankan identitas daerah, maka pemilik usaha ini menambahkan huruf “n” di tengahnya menjadi Singkong Keju GnP sehingga tetap berkaitan dengan Gunung Putri.

“Waktu itu agak bingung juga ya nyari merek apa. Mencoba berbagai nama akhirnya ketemu GP, bisa di istilahkan tinggal di Gunung Putri. Tapi waktu itu proses mau di bikinin hak merek ternyata sudah ada merek GP. Akhirnya kita selipin satu huruf n di tengah, jadi ga jauh dari Gunung Putri,” ujar Titik Utami selaku owner dari Singkong Keju GnP kepada tim Temumkm pada (29/1/25).

Awal Perjalanan dan Perjuangan Bertahan di Tengah Tantangan

Singkong Keju GnP berdiri sejak tahun 2019. Sebelum pandemi COVID-19, usaha ini mulai menunjukkan perkembangan yang menjanjikan dengan omzet mencapai Rp15 juta per bulan. 

Namun, kehadiran COVID-19 memberikan pukulan berat. Banyak café langgangan yang harus tutup sehingga penjualan pun mengalami penurunan.

“Sebelum COVID-19 memang lumayan, baru mulai aja sekitar 15 juta per bulan, tapi kesini-kesini begitu. Café-café langganan juga pada tutup,” ungkapnya.

Meskipun pelanggan masih ada, namun tantangan utama datang dari bahan baku. Singkong sebagai bahan dasar pembuatan Singkong Keju GnP ini memiliki risiko tinggi karena kualitasnya tidak selalu bisa diprediksi. 

Bahkan dari satu kwintal singkong yang dibeli, hanya setengahnya yang bisa digunakan untuk produksi, apalagi pada musim kemarau.

Proses produksi dari Singkong Keju GnP ini juga membutuhkan kriteria singkong yang dapat memenuhi standar penjualan. Kriteria tersebut seperti memiliki diameter sekitar 7 cm dan bagian pucuk singkong tidak digunakan.

“Saya punya usaha resiko tinggi, karena bahan alam kan singkong tuh ga bisa di prediksi hasilnya. Saya bikin 1 kwintal sebagus-bagus nya paling setengahnya. Musim kemarau kemaren tuh singkong kecil-kecil. Saya ada kriterianya, besar lingkaran sama diameter sekitar 7 cm. Dari pucuk kita ga pake, ga memenuhi syarat juga kita ga ambil,” ungkapnya.

Kendala dari bahan baku tersebut juga membuat Ibu Titik tidak bisa menjanjikan produk kepada pelanggan.

“Saya ga bisa janjiin orang juga, kalo pelanggan minta besok ada ya, gitu ga bisa. Sebenernya ada produksi tapi hasilnya ga tau,” tambahnya.

Sejak awal berdiri, usaha Singkong Keju GnP ini berkembang pesat dan menjangkau pelanggan hingga ke Jabodetabek. Produk unggulannya berupa singkong keju frozen, yang berbahan baku singkong pilihan. Selain itu, ada juga keripik singkong dan combro frozen yang dihasilkan dari potongan singkong yang tidak memenuhi standar utama.

Pemasaran produk Singkong Keju Gnp ini juga dilakukan secara online melaui WhatsApp dan terkadang melalui Tokopedia. Namun, Ibu Titik mengaku kurang aktif dalam mengelola media sosial karena keterbatasan pemahaman teknologi. Untungnya, anaknya ikut membantu dalam menerima pesanan melalui WhatsApp.

Selain itu, usaha ini sudah memiliki banyak reseller terutama dari Café yang menjadi pelanggan tetap. Usaha Singkong Keju GnP ini melibatkan empat karyawan tetap yang merupakan tetangga sekitar mulai dari proses mengupas, mencuci, hingga membungkus produk. Selain itu, ada juga yang bertugas menggoreng untuk produksi keripik. 

Dalam sehari, produksi Singkong Keju GnP ini tidak bisa diprediksi secara pasti, tetapi setidaknya harus ada stok aman sekitar 100 pcs singkong frozen. Untuk satu pcs Singkong Keju GnP ini seharga Rp 17.000 dengan berat sekitar 700 gram. 

Harapan ke Depan

Dalam upaya mengembangkan usaha, Ibu Titik mengikuti berbagai pelatihan dari dinas koperasi, dinas industri, dan dinas pariwisata. Pelatihan tersebut mencakup strategi pemasaran, kemasan, hingga keamanan pangan. Saat ini, proses sertifikasi halal juga sudah dijalankan untuk memastikan kualitas dan kepercayaan pelanggan.

Selain menjual produk secara langsung, pemilik juga sering membawa sampel produk ke berbagai acara seperti bazar. Strategi ini terbukti efektif karena banyak pelanggan yang tertarik setelah mencicipi produknya. 

Namun, ada kendala lain yang masih dihadapi, seperti keterbatasan kendaraan untuk mengangkut produk dalam jumlah besar. Meski berbagai tantangan terus menghadang, harapan untuk terus berkembang tetap ada. Ibu Titik bercita-cita agar bisnis ini bisa lebih maju dan mampu memberdayakan masyarakat sekitar. Namun, dengan ketidakpastian bahan baku, pertumbuhan usaha menjadi lebih sulit diprediksi. 

“Semua punya harapan cita cita itu ya pengen nya maju. Saya pengen nya pemberdayaan ya, kalo maju pengen nya orang sini kerja,” ujarnya.

Meskipun penuh tantangan, Ibu Titik selalu menjaga kualitas produk. Ia memastikan bahwa singkong yang terlalu keras atau tidak memenuhi standar tidak akan dijual. 

“Saya ga mau mengecewakan, yang agak keras ga mau saya masukin. Bener-bener sortir pilihan yang empuk yang bagus,” tutupnya dengan optimis.

Reporter Temumkm : Venda Oktaviani